Thursday, 1 November 2012
Limbah Domestik Penyumbang Terbesar Kritisnya Sungai di Jawa
70 - 75 persen pencemaran sungai disebabkan oleh limbah domestik. Pencegahan terkendala masyarakat yang kurang mencintai lingkungannya.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Pulau Jawa
dalam kondisi kritis. Penyebab kerusakan terbesar disumbang oleh limbah
rumah tangga atau domestik.
“Saya ambil sampel untuk DAS Bengawan Solo, kontribusi dari limbah domestik cukup besar yakni mencapai 70 - 75 persen. Rata-rata di Jawa kondisinya demikian,” ungkap Barlin Abdurrahman, Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementrian Lingkungan, di Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa hari lalu.
Barlin menjelaskan, selain tingginya kontribusi limbah domestik, limbah industri juga tetap berkontribusi. Selain itu, kerusakan hutan juga turut berpengaruh.
Kendati demikian, terkait penanganannya sendiri, limbah domestik lebih sulit. Pencegahan limbah industri telah diatur dalam regulasi yang diatur dalam proses perijinan. Namun, untuk limbah domestik ini menyangkut budaya masyarakat sendiri tentang kesadaran untuk menjaga lingkungan.
Ia mencontohkan, pembangunan saluran instalasi pembuangan air limbah (IPAL) di kota-kota saat ini belum menyeluruh sehingga tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Kegiatan mengurangi risiko limbah domestik sudah dilakukan di 44 kota yakni dengan memberikan stimulan untuk pembuatan saluran IPAL domestik ataupun IPAL biogas. Selain itu juga dilakukan dengan membangun laboratorium lingkungan di berbagai daerah. "Program tersebut masih jauh dari ideal karena terbatasnya anggaran," tambahnya.
Barlin berpendapat untuk mengatasi permasalah tersebut perlu kerjasama antar pemerintah daerah. Pasalnya persoalan DAS tak terlepas dari wilayah perbatasan antarkota ataupun antarkoperasi. Di sisi lain, perlu adanya penyadaran kepada masyarakat akan permasalahan tersebut.
Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Bidang Pengawasan dan Pemulihan Badan Lingkungan Hidup Kota Jogja Ika Rostika. Di mana kondisi sungai di Yogyakarta cukup memprihatinkan. Selain karena limbah domestik, perilaku membuang sampah masyarakat di sungai juga memprihatinkan. “Pencegahan yang paling berat adalah menumbuhkan perilaku masyarakat untuk mencintai lingkungan,” katanya
(Olivia Lewi Pramesti)
“Saya ambil sampel untuk DAS Bengawan Solo, kontribusi dari limbah domestik cukup besar yakni mencapai 70 - 75 persen. Rata-rata di Jawa kondisinya demikian,” ungkap Barlin Abdurrahman, Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Jawa Kementrian Lingkungan, di Daerah Istimewa Yogyakarta, beberapa hari lalu.
Barlin menjelaskan, selain tingginya kontribusi limbah domestik, limbah industri juga tetap berkontribusi. Selain itu, kerusakan hutan juga turut berpengaruh.
Kendati demikian, terkait penanganannya sendiri, limbah domestik lebih sulit. Pencegahan limbah industri telah diatur dalam regulasi yang diatur dalam proses perijinan. Namun, untuk limbah domestik ini menyangkut budaya masyarakat sendiri tentang kesadaran untuk menjaga lingkungan.
Ia mencontohkan, pembangunan saluran instalasi pembuangan air limbah (IPAL) di kota-kota saat ini belum menyeluruh sehingga tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan penduduk.
Kegiatan mengurangi risiko limbah domestik sudah dilakukan di 44 kota yakni dengan memberikan stimulan untuk pembuatan saluran IPAL domestik ataupun IPAL biogas. Selain itu juga dilakukan dengan membangun laboratorium lingkungan di berbagai daerah. "Program tersebut masih jauh dari ideal karena terbatasnya anggaran," tambahnya.
Barlin berpendapat untuk mengatasi permasalah tersebut perlu kerjasama antar pemerintah daerah. Pasalnya persoalan DAS tak terlepas dari wilayah perbatasan antarkota ataupun antarkoperasi. Di sisi lain, perlu adanya penyadaran kepada masyarakat akan permasalahan tersebut.
Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Bidang Pengawasan dan Pemulihan Badan Lingkungan Hidup Kota Jogja Ika Rostika. Di mana kondisi sungai di Yogyakarta cukup memprihatinkan. Selain karena limbah domestik, perilaku membuang sampah masyarakat di sungai juga memprihatinkan. “Pencegahan yang paling berat adalah menumbuhkan perilaku masyarakat untuk mencintai lingkungan,” katanya
(Olivia Lewi Pramesti)
Labels:News
Subscribe to:
Post Comments
(Atom)
Bagaimana pendapat anda tentang blog ini?
My School
SMA N 2 JOMBANG
Go Green Indonesia !
NADYA'S GENIUS
Translate
LABEL
- Go Green (6)
- Bahasa Indonesia (4)
- Pendidikan Agama Islam (4)
- ekonomi (4)
- Cinta dari sisi agama (2)
- Info Perguruan Tinggi (2)
- Metode pengolahan sampah (2)
- Motivasi (2)
- Paskibra (2)
- Seni Budaya (2)
- berita (2)
- matematika (2)
- Hari Sumpah Pemuda (1)
- Lirik (1)
- News (1)
- PKN (1)
- bahasa German (1)
- fisika (1)
- geografi (1)
- kimia (1)
- sosiologi (1)
ARSIP BLOG
-
▼
2012
(34)
-
▼
November
(27)
- Takut Gagal? No Way…
- Reduce the amount of waste you create
- No title
- Tips
- Creating a Green Nursery
- Pengertian Logika Matematika
- Materi Pendidikan Agama Islam Tentang Ridha dan Am...
- Jalan Presiden KH. Abdurahman Wahid Dilengkapi Pra...
- Disambut Jamuan Mewah Ratu Inggris, SBY: Saya Sang...
- Hapsoro, Guru "Pemulung" dari Sungai Ciliwung
- dialog drama bahasa German
- I Want to Recite Qur’an to My Mom: A moving story
- Dari Allah tentang Cinta
- Trik Kesuksesan Perguruan tinggi negeri (PTN)
- Wabup Widjono Soeparno Membuka Latihan Capaskab Jo...
- Paskibraka Kabupaten Jombang 2012 Dikukuhkan
- Isi Sumpah Pemuda
- Isi Sumpah Pemuda
- Sumpah Pemuda versi orisinal[3]: Pertama Kami po...
- Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos
- Cara Mengolah Sampah Organik Menjadi Kompos Pengo...
- Cara Mengolah Sampah Plastik Menjadi Kerajinan Tangan
- Limbah Domestik Penyumbang Terbesar Kritisnya Sung...
- Membakar sampah, baik kah?
- (Jangan) Gunakan Teknologi Untuk Selamatkan Bumi
- Mari Selamatkan Bumi Kita Dari Global Warming
-
▼
November
(27)
0 comments:
Post a Comment